Senin, 21 Juni 2010

Warga Diprovokasi Tidak Memilih

MUAROJAMBI—Kekecewaan warga atas kurang berpihaknya pemerintah menyelesaikan persoalan warga—dinyatakan dalam bentuk penolakan memilih pada Pilgug, 19 Juni lalu. Seperti terjadi di Desa Danau lamo Kecamatan Muarosebo Kabupaten Muarojambi. Seorang tokoh masyarakat berinisial AL, memprovokasi warga usai sholat Magrib untuk tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Akibatnya, dari 700 mata pilih di desa itu, hanya 300 pemilih yang melakukan pencoblosan.

Menurut keterangan seorang warga yang tidak ingin jati dirinya disebutkan, dia mendengar penyampaian orasi oleh tokoh masyarakat susai sholat magrib. AL mengimbau agar warga tidak menyoblos. Karena pemerintah tidak bisa menyelesaikan persoalan lahan kebun masyarakat desa dengan PT WKS.

“Saya sangat menyayangkan ajakan yang dilontarkan tokoh masyarakat itu. Karena sebagai warga negara, kita mempunyai hak untuk memilih, jadi jangan ajak warga lain ikut tidak memilih,” ujarnya kepada Media Jambi, Sabtu (19/6).

Ketua Panwaslu Kecamatan Marosebo, M Ali ketika dihubungi Media Jambi mengatakan, sudah mendengar laporan perihal ajakan tidak melakukan penyoblosan itu. Laporan panwas lapangan menyebutkan, dari sekitar 700 mata pilih di desa itu, hanya 300 yang menyalurkan hak suaranya.

Sisanya, menurut M Ali sudah terprovokasi ajakan tersebut. Jika memang tidak hadirnya warga ke TPS karena terprovokasi, berarti sudah masuk ke ranah pidana pilkada. “Karena dalam Undang-undang menyebutkan, barang siapa mengajak, memprovokasi masyarakat untuk tidak memilih akan dikenakan pidana. Sekarang kita akan mengkajinya, apabila sudah lengkap akan langsung dibawa ke gelar perkara di Gakkumdu Polres Muarojambi,” ujar Ali.(boy)

Belut Jambi Punya Siapa ?

MUAROJAMBI—Persoalan budidaya belut di beberapa kabupaten menimbulkan tanda tanya mendasar. Pemerintah Provinsi Jambi mengklaim, program ini adalah alternatif sebagai tindak lanjut budidaya perikanan air tawar di Keramba Jaring Apung. Sedangkan PKBL PT Pertamina mengatakan, program yang diperuntukkan bagi ratusan kelompok tani ini murni kegiatan Pertamina termasuk permodalan dan pembinaannya.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jambi, Herman Suherman mengatakan, belut Jambi kini banyak dikembangkan warga secara perorangan. “Kami juga berupaya mengembangkan pembibitan supaya petani budidaya mudah mendapatkan bibit,” kata Herman.

Dikatakannya, belut Jambi memiliki keunggulan dibanding belut daerah lain. Karena berukuran lebih besar dan panjang mencapai satu meter. Proses budidaya belut terbilang cukup mudah disamping permintaan yang terus meningkat. “Singapura merupakan negara yang menjadi potensi pasar ekspor belut Jambi yang kini terus dikembangkan,” sambungnya, Jum’at (18/6) lalu. Harga pasaran belut saat ini berkisar antara Rp 24.000 hingga Rp28.000 perkilogram.

Murni Program PKBL Pertamina
Koordinator Wilayah Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Pertamina, Prasetyo Hardi memastikan, program yang digulirkan ketengah masyarakat murni program PKBL Pertamina. Sama sekali tidak terkait dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi. Koordinasi selama ini hanya sebatas kerjasama membantu petani dalam hal-hal teknis.

Dari tahun 2009 hingga Februari 2010, dana yang dikucurkan untuk budidaya belut mencapai Rp 9,3 miliar. Untuk peternak belut di Kota Jambi dan Kabupaten Muarojambi. Ratusan petani, saat ini sedang giat membudidayakan belut karena memiliki pasar yang jelas.

Prasetyo juga menyatakan, pihaknya telah menggandeng suplier, PT Indo Zuu Food sebagai pemasok bibit dan penampung hasil panen nantinya. “Proses pembibitan dan budidaya belut cukup sulit. Diperlukan pembinaan terus menerus sehingga petani berhasil,” katanya.

Saat ini, sekitar 80 kelompok tani di Muarojambi tengah proses akad kredit untuk memperoleh dana PKBL dari Pertamina. Dana akan dikucurkan, setelah petani menyiapkan kolam dan media pembesaran lain.(boy)

Musim Hujan, Produksi Karet Turun

MUAROJAMBI—Hujan yang sempat mengguyur beberapa wilayah di Kabupaten Muarojambi menyebabkan produksi getah menurun. Ini disebabkan petani tidak bisa menyadap, ditambah hasil getah bercampur air sehingga kualitas getah rendah.

Salimin (53), petani karet Desa Petaling Kecamatan Sungai Gelam kepada Media Jambi mengatakan, berkurangnya hasil sadapan berdampak sedikitnya hasil yang diterima petani. “Biasanya setiap hari dapatlah Rp 150 ribu, sekarang cuma Rp Rp 70 ribu,” kata Salimin, Kamis pekan lalu.

Ketika hari hujan, petani tidak dapat menyadap karet. Sedangkan karet yang disadap hari sebelumnya bercampur air sehingga kadar air menjadi tinggi. Ketika dijual, potongan getah basi mencapai 20 persen. “Kalau sudah begini, yang kita terima jauh lebih sedikit dari hari biasa,” sambung pemilik satu hektar kebun karet ini.

Padahal saat ini harga karet mencapai Rp 15 ribu per kilogram. Hanya saja, tingginya harga tidak dinikmati maksimal karena hasil sadapan justru berkurang. ”Kami terpaksa menyadap saat hari benar-benar panas dan tidak hujan,” sambungnya. Dia berharap, kondisi cuaca segera berubah agar penghasilan petani dapat meningkat.(boy)

1 komentar: